Pertama kali mengenal Fitrah pada tahun 2018 ketika mengikuti kelas Ibu Profesional. Biidznillah belajar secara intensif di tahun 2020 dan kini mengkristalkan kembali ilmu yang didapatkan melalui tulisan ini di tahun 2023. Bismillah..
Sejak diamanahi peran seorang ibu, maka banyak hal yang membuat saya merefleksi mengenai hakikat kehidupan. Apa maksud dari kehadiran saya di dunia ini? Di tempat dan waktu saat ini? Serta orang-orang yang ada di sekitar saya. Kenapa Allah takdirkan semua ini untuk saya alami di dunia ini?
Sekian lama mencari tentang hakikat, ternyata semua hal tersebut bermuara kepada menemukan makna bahagia dalam kehidupan. Dari segala hal yang telah ditentukan kepada kita, apakah sudah mencapai rasa bahagia yang diinginkan?
Inilah yang menjadi topik pembahasan pertama dalam FBL & FBE Intensive Class Batch 3. Pembahasan mengenai Fitrah, Life and Happiness.
Pembahasan mengenai fitrah, life and happiness seolah-olah mengajak kita kembali untuk memaknai arti kebahagiaan dalam hidup. Apa yang membuat kita bahagia dan dasar apa kita dapat merasa bahagia tersebut. Sebuah landasan filosofis yang mungkin di zaman kini tidak banyak dibahas karena begitu banyak definisi mengenai kebahagiaan, namun bisa jadi lupa akan makna kebahagiaan sejati dari seorang manusia.
Mengikuti kelas FBE & FBL setelah 3 tahun memiliki sensasinya tersendiri. Di kala sedang menyapih anak yang biidznillah di hari tersebut dapat tidur dengan cepat membuat saya dapat mengikuti kelas dengan baik sampai selesai. Selain itu, adanya pembicara pendamping setelah materi utama disampaikan oleh Ust. Harry Allahuyarham melalui rekaman video semakin membuat momen belajar ini begitu khusyuk saya ikuti.
Karena setelah apa yang disampaikan oleh Ustadz Harry, dikuatkan kembali oleh Bu Friane Aurora yang semakin membuat saya yakin bahwa apa yang Ustadz Harry sampaikan bukanlah hanya sebuah pemikiran saja, namun sebuah pesan dari misi kehidupannya yang terus dilanjutkan hingga saat ini. 🥺 Al-Faatihah..
Maka meskipun kelas selesai jam 11 malam, saya merasa puas karena mengetahui dan menyadari posisi saya saat ini berada dimana. Terlebih diingatkan bahwa orientasi kita sebagai seorang Muslim terutama, hendaknya tidak jauh dari hakikat manusia itu sendiri dalam pandangan Islam, yaitu Fitrah.
Kaitan antara Fitrah, Life and Happiness berada dalam satu kalimat yang seringkali kita ucapkan ketika seseorang meninggal dunia, yaitu:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
“Sesungguhnya kami itu milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Allah SWT.”
Maka ketika memaknai kalimat ini, tentu kita akan melihat kehidupan sebagai suatu hal yang singkat. Mulai dari titik kita lahir ke dunia, hingga kita kembali kepada Allah SWT di akhirat. Namun, kehidupan inilah yang harus kita maknai dengan benar agar tidak menjalaninya di luar koridor hakikat kita sebagai manusia.
Berbicara hakikat, sebenarnya apa sih hakikat kita sebagai manusia?
Inilah yang Ust. Harry sebutkan sebagai purpose of life, yaitu ibadah sebagaimana dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk meyembah kepadaku.”
Maka ibadah inilah yang membimbing kita menemukan tujuan dalam hidup. Namun, tentu Allah SWT menciptakan kita sebagai manusia dengan tujuan tersebut tanpa bekal. Disinilah peran fitrah hadir sebagai pembahasan utama dalam kelas ini. Fitrah yang mungkin seringkali diabaikan atau dilupakan, namun ia senantiasa terus memanggil ketika kita merasa resah atau bingung dalam menjalani kehidupan.
Fitrah inilah yang menjadi titik tumpu bagi kita, manusia dalam memahami aksi yang kita lakukan. Seperti halnya kenapa bayi menangis saat lahir, kenapa kita hadir di waktu, tempat dan keluarga saat ini, serta kenapa kita senantiasa mencari Tuhan dalam kehidupan.
Karena pada dasarnya, Allah SWT ciptakan manusia telah bersaksi bahwa Ia sebagai Rabb di Yaumul Mitsaq atau The Day of Alastu. Momen yang mungkin kita lupa, namun Allah SWT catat dalam Al-Qur’an pada surat Al-A’raf ayat 172. Maka inilah yang menjadi komitmen kita untuk beribadah kepada Allah sebagai konsekuensi menyatakan Allah sebagai Rabb.
Kaitannya dalam kehidupan, bahwa ketika Allah telah menetapkan kita untuk hadir ke dunia, maka kita akan menjumpai unsur stabilitas dan dinamis. Ustadz Harry membagi dua unsur ini untuk memberikan kita gambaran bahwasanya dalam kehidupan ada unsur stabilitas yaitu fitrah, Allah dan Al-Qur’an sebagai unsur mutlak yang senantiasa harus kita pegang dan yakini untuk menjalani kehidupan. Serta ada unsur dinamis yaitu berupa ruang, waktu dan berbagai hal yang membantu manusia dalam menjalani hidup.
Lalu, manusia menjalani hidup ini untuk apa?
Untuk menemukan misi hidupnya sesuai dengan maksud dan tugas penciptaan yang Allah tetapkan.
Dengan demikian, Bu Rara pun memberikan gambaran bahwasanya ketika manusia lahir ke dunia, ia memiliki fitrah baik berupa iman yang membuat kita mengenali, menjalani dan mengamalkan ibadah kepada Allah sebagai sebuah konsekuensi kesaksian kita. Kemudian ketika kita hidup dan menjalani hidup, maka kebahagiaan sejati dapat kita capai ketika mampu beriman, berilmu dan beramal sesuai tuntunanNya.
Maka penting bagi setiap manusia untuk memiliki mindset dan pemahaman mengenai hakikat manusia secara utuh dalam Islam, agar menyadari bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini bukanlah sebuah kebetulan semata atau penciptaan yang sia-sia, namun sebuah perjalanan hidup dan ladang pahala dalam mencari dan kembali kepada kebahagiaan sejati, yaitu kembali kepada Allah SWT dalam keadaan nafsul muthmainnah.
Apabila diilustrasikan, maka keterkaitan antara Fitrah, Life and Happiness menurut Ust. Harry Allahuyarham adalah sebagai berikut:
FITRAH (hakikat, potensi pada diri manusia) = Titik Tumpu
LIFE (kehidupan dengan unsur stabilitas dan dinamis di dalamnya) = tempat manusia menjalani kehidupan untuk menemukan misi hidup dan mencapai tujuan penciptaan
HAPPINESS (kembali kepada Allah SWT dalam nafsul muthmainnah) = Titik Tuju
Wallahu a’lam bishawwab..
#insightFBLINTENSIVECLASS #fitrahbasedlife