Alhamdulillah, pembelajaran kuliah di Matrikulasi IIP kini sampai pada materi terakhir. Materi yang sebenarnya adalah pengantar menuju kelas Bunda Sholeha, yaitu bagaimana kita dapat memainkan peran kita di dunia ini. Alasan dari adanya materi ini, agar kita dapat menjadi solusi dalam permasalahan di keluarga dan masyarakat.

Rumus yang digunakan untuk menjawab hal ini adalah: 

PASSION + EMPATHY = SOCIAL VENTURE 

Penjelasan dari rumus tersebut adalah bagaimana kita sebagai individu mengoptimalkan potensi kita melalui rasa empati kita terhadap sebuah permasalahan yang ada di sekitar kita. Sehingga nanti, harapannya kita dapat memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. 

Maka dalam menyelesaikan NHW terakhir ini, aku melihat kembali NHW yang telah kukerjakan sebelumnya sebagai landasan dalam mengerjakan NHW ini. 

Dimulai dari NHW #6 mengenai Belajar Menjadi Manajer Keluarga. Di tahap ini, kita diajarkan untuk dapat menentukan prioritas dan mengatur segala kegiatan yang dilakukan setiap hari agar produktif. Tujuan dari NHW ini sendiri adalah untuk menemukan peran hidup kita yang sebenarnya, dan tidak merasa akan rutinitas yang dijalani. Maka pada NHW ini, aku menemukan bahwa waktuku sebagian besar dihabiskan untuk mengasuh anak, yang ternyata dapat aku handle dengan caraku sendiri agar lebih produktif. 

Berlanjut ke NHW #7 yaitu Tahapan Menuju Bunda Produktif. Nah disini, lebih dispesifikin lagi antara peran yang sebenarnya kita temukan melalui aktifitas kita, sebenarnya sesuai ga sih sama bakat yang kita miliki? Maka di NHW ini kita disuruh mengkonfirmasikannya menggunakan tools yang diciptakan oleh Abah Rama Royani di www.temubakat.com. Sebelumnya mungkin aku udah pernah tes StiFin, tapi siapa tau berubah gitu kan, jadi coba lagi deh tuh di situs talent mapping tersebut. Hasil yang didapatkan pun nanti akan dilihat berdasarkan kuadran aktifitas kita, seperti di bawah ini: 

Izzati Robbi Hamiyya_NHW #7

Setelah ketahuan secara spesifik tentang hal apa yang disukai/tidak disukai, bisa/tidak bisa, maka kuadran 3 harus diminimalisir pelaksanaannya, sedangkan kuadran 4 harus ditinggalkan dan mencoba memaksimalkan kuadran 1 dan 2. Kadang aku sendiri pun masih terjebak di kuadran 3, sehingga merasa aktifitas tersebut membebani sekali diri ini. Hehe 

Terakhir, melihat dari NHW #8 yaitu Misi Hidup dan Produktifitas. Pada NHW ini, setelah mengkonfirmasi segala hal mengenai peran dan memilah aktifitas kita, tahap selanjutnya adalah menyusun teknis dalam mencari misi hidup keluarga. Ternyata semua hal yang berkaitan dengan NHW sebelumnya adalah untuk dapat mencari misi hidup di keluarga agar memiliki arah yang jelas, mau dibawa kemana keluarga ini? Hehe. Saat mengerjakan NHW ini pun saya memikirkannya secara mendalam. Sampai dibuatlah powerpoint yang bisa kamu lihat disini.  

Nah, disini poin penting dari semua NHW adalah agar semua yang kita lakukan, setelah sebelumnya kita sudah mengetahui peran dan produktifitas kita, maka apakah hal tersebut dapat memberikan manfaat bagi orang lain? Atau dapatkah kita sebagai seorang ibu menjadi seorang agen perubahan ke depannya? Pantas saja, motto Bu Septi, 

For things to change, I must change first. 

Sebuah pecutan bagi diri untuk ga terus-terusan berada di zona nyaman. Setidaknya zona nyaman dari diri kita sendiri. Dan aku merasa ini sebuah pecutan untuk ga merasa puas dengan apa yang diri ini miliki. Karena pada kenyataannya, ketika kita memilih untuk berdiam diri, orang lain yang sebelumnya sama dengan kita sedang berusaha untuk meningkatkan kualitasnya. 

Dan karena itulah yang akan membuat diri ini selalu tertinggal…. 

Berikut instruksi dalam mengerjakan NHW #9 ini: 

Mulailah dari yg sederhana, lihat diri kita, apa permasalahan yg kita hadapi selama ini, apabila kita bisa menyelesaikan permasalahan kita, dan membagikan sebuah solusi, bisa jadi ini menjawab permasalahan yg dihadapi oleh orang lain. Karena mungkin banyak di luar sana yg memiliki permasalahan yg sama dengan kita.

Setelah selesai dengan permasalahan kita sendiri, baru keluar melihat isu sosial yg ada di sekitar kita.

Bagaimana caranya? Isilah bagan-bagan di bawah ini:

Pertama, permasalahan yang aku hadapi selama ini adalah menemukan kembali diriku dalam peran yang baru. Peran yang baru sebagai seorang istri dan ibu membuatku bingung kemana diri ini ingin ditempatkan. Terbayang ambisi dan mimpi yang belum selesai membuatku semakin ingin mewujudkannya. Namun, melihat peran yang berubah maka prioritasku pun berubah. Semula yang hanya melihat diri sendiri, kini memiliki suami sebagai penasihat dan anak sebagai klien utama. 

Maka dari itu, tidak ingin menghilangkan minat yang ada, ketertarikanku akan belajar suatu hal yang baru membuatku mengubah mindset dari seorang mahasiswa, menjadi seorang perempuan yang telah menikah. Secara otomatis, menikah membuat seorang perempuan memiliki peran ganda, yaitu sebagai istri dan ibu. Berbekal skill yang dimiliki, yaitu menulis, mengatur dan menjadi pendengar yang baik, membuatku dapat belajar suatu hal yang baru dengan mengoptimalkan kemampuan tersebut. Menulis ilmu yang dipelajari, mengatur waktu sehari-hari, dan menjadi pendengar yang baik bagi orang lain. 

Untuk apa nantinya? 

Untuk menjawab isu sosial yang aku lihat di sekitarku yaitu keteladanan dalam keluarga bagi seoang istri/ibu, yang terkadang seorang ibu lupa akan perannya sebagai pendidik utama anak dan seorang istri sebagai partner hidup suami. Aku merasa harus mematangkan dulu diriku dengan memberikan keteladanan dalam keluarga sebagai lingkaran terkecil dalam kehidupan. Agar nantinya ketika sosok teladan sudah dapat dilihat dariku, bisa aku sampaikan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat sekitar. Niatnya agar apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang dikatakan. Semua itu dimulai dari memperbaiki akhlak sendiri di dalam keluarga saya. 

Maka apa yang harus dilakukan? 

Dengan persiapan seperti yang telah disebutkan diatas, ide sosial yang nanti akan dilakukan kepada masyarakat (keluarga) adalah upgrade diri dengan ilmu yang telah dipelajari dan mengevaluasinya sesuai kondisi yang ada. Hal ini dikarenakan, pada realitanya semuanya bersifat dinamis dan harus disesuaikan. Jika istiqomah dan sesuai dengan harapan, insyaAllah perlahan keteladanan akan muncul. Mulai dari kualitas ibadah, tutur kata, sikap dan perilaku yang berujung pada sifat akhlakul karimah pada diri. InsyaAllah, jika diizinkan nantinya dari akhlak tersebut dapat memudahkan saya untuk menyampaikan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat luas. 

May Allah Permit~ 

Tulis saja komentarmu, jangan hanya dipendam saja